Islam itu indah

Islam itu indah

Khamis, 17 Jun 2021



Al KAUSAR DAN KENIKMATAN YANG BANYAK

(Muhammad Abduh Tuasikal, MSc)

Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).

Surat Al Kautsar ini adalah surat yang berisi penjelasan akan nikmat yang banyak yang telah dianugerahkan pada Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, berisi pula perintah untuk shalat dan berqurban hanya untuk Allah dan akibat dari orang yang membenci Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Ta’ala telah menyebutkan sebagian nikmat yang dikaruniakan kepada Nabi kita Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Allah Ta’ala berfirman pada Nabi kita Muhammad,
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَSesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak”, maksudnya
Kami telah menganugerahkan nikmat padamu (wahai Muhammad) dan juga Kami telah memberikan padamu Al Kautsar yaitu sungai di surga yang dijanjikan untuk Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Dan sungai itu adalah telaga Nabi ‘alaihish sholaatu was salaam.
Terdapat hadits dalam shahih Muslim, dari Anas, ia berkata, suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sisi kami dan saat itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas beliau mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?” “Baru saja turun kepadaku suatu surat.” Lalu beliau membaca,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).
Kemudian beliau berkata, “Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?” “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, jawab kami. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِى. فَيَقُولُ مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ
“Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebgaian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah berbuat bid’ah sesudahmu.” (HR. Muslim no. 400).
Ada pelajaran berharga dari Ibnu Katsir mengenai cerita tentang surat Al Kautsar di atas, Beliau berkata, “Kebanyakan ahli qiroah berdalil dari sini bahwa surat Al Kautsar adalah surat Madaniyah. Dan kebanyakan dari fuqoha memandang bahwa basmalah adalah bagian dari surat ini karena ia turun bersamanya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 476). Namun Ibnul Jauzi mengatakan bahwa jumhur (majoriti ulama) termasuk Ibnu ‘Abbas berpendapat bahwa surat ini adalah surat Makkiyah. (Zaadul Masiir, 9: 247)
Ibnul Jauzi merinci ada enam pendapat mengenai makna Al Kautsar:
Al Kautsar adalah sungai di surga.
Al Kautsar adalah kebaikan yang banyak yang diberikan pada Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pendapat Ibnu ‘Abbas.
Al Kautsar adalah ilmu dan Al Qur’an. Demikian pendapat Al Hasan Al Bashri.
Al Kautsar adalah nubuwwah (kenabian), sebagaimana pendapat ‘Ikrimah.
Al Kautsar adalah telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang banyak
manusia mendatanginya. Demikian kata ‘Atho’.
Al Kautsar adalah begitu banyak pengikut dan umat. Demikian kata Abu Bakr bin ‘Iyasy. (Lihat Zaadul Masiir, 9: 247-249)
Nikmat Dibalas dengan Syukur
Syaikh Musthofa Al ‘Adawy berkata, “Orang yang masih berada dalam fitrah yang selamat, tentu ketika diberi nikmat akan dibalas dengan syukur. Maka kebaikan yang banyak yang telah diberi ini dibalas dengan:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah.” (Tafsir Juz ‘Amma, Musthofa Al ‘Adawi, hal. 293)
Dirikan Shalat dan Qurban Hanya untuk Allah
Yang dimaksud: Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah, adalah jadikanlah shalatmu hanya karena Allah dan jangan ada niatan untuk yang selain-Nya. Begitu pula jadikanlah hasil sembelihan unta ikhlas karena Allah. Jangan seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik di mana mereka melakukan sujud kepada selain Allah dan melakukan penyembelihan atas nama selain Allah. Bahkan seharusnya shalatlah karena Allah dan lakukanlah sembelihan atas nama Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku (sembelihanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al An’am: 162-163)
Qotadah berpendapat bahwa yang dimaksud shalat di sini adalah shalat Idul ‘Adha. Adapun maksud ‘naher’ adalah penyembelihan pada hari Idul Adha sebagaimana pendapat Ibnu ‘Abbas, ‘Atho’, Mujahid dan jumhur (mayoritas ulama). (Lihat Zaadul Masiir, 9: 249)
Yang Membenci Nabi, Merekalah yang Terputus
Ayat terakhir,
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).
Yang dimaksudkan ayat ini adalah orang-orang yang membenci dan memusuhi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akhirnya yang terputus dan tidak ada lagi penyebutan (pujian) untuknya setelah matinya. Orang-orang Quraisy menyatakan demikian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak lagi memiliki keturunan laki-laki (semuanya meninggal dunia). Maka Allah pun membalasnya dengan meninggikan pujian bagi beliau. Beliau dipuji oleh orang terdahulu dan belakangan di tempat yang tinggai hingga hari pembalasan. Sedangkan yang memusuhi beliau, itulah yang terputus di belakang. (Keterangan dari Musthofa Al ‘Adawi, Tafsir Juz ‘Amma, hal. 294).
Ibnu Katsir menjelaskan, “Yang dimaksud abtar adalah jika seseorang meninggal dunia, maka ia tidak akan lagi disebut-sebut (disanjung-sanjung). Inilah kejahilan orang-orang musyrik. Mereka sangka bahwa jika anak laki-laki seseorang mati, maka ia pun tidak akan disanjung-sanjung. Padahal tidak demikian. Bahkan beliaulah yang tetap disanjung-sanjung dari para syahid (tuan) yang lain. Syari’at beliau tetap berlaku selamanya, hingga hari kiamat saat manusia dikumpulkan dan kembali.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 483)
Surat ini kata Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berisi penjelasan mengenai nikmat yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu beliau dikaruniakan kebaikan yang banyak. Kemudian di dalamnya berisi perintah untuk mengerjakan shalat dan berqurban juga ibadah lainnya atas dasar ikhlas karena Allah. Kemudian terakhir dijelaskan bahwa siapa yang membenci Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membenci satu saja dari ajaran beliau, merekalah yang nantinya terputus yaitu tidak mendapatkan kebaikan dan barokah (Tafsir Juz ‘Amma, 281).
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad hingga Yaumat Tanaad (hari kiamat saat manusia diseru di padang Mahsyar).
Wallahu waliyyut taufiq.
Referensi:
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah.
Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah.
Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Musthofa Al ‘Adawi, Maktabah Adh Dhiya’.
Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, terbitan Al Maktab Al Islami.

BERBANYAK TERIMA KASIH ARTIKALNYA...



Selasa, 8 Jun 2021

Vaksinasi


Vaksinasi yang berjalan sekarang adalah suatu usaha murni, ia dituntut dalam Islam. Walau bagaimanapun, setiap uasaha atau ikhtiar amat wajar mendahulukan Allah SWT iaitu diikuti dgn doa kemudian itu, BERTWAKKAL kapada Allah SWT. Semoga segala usaha kita akan menmdapat perkenan dan ridho Allah...

Jumaat, 14 Mei 2021

 


YAHUDI ZIONIS BUKAN DARI GOLONGAN ISRAEL ATAU BANI ISRAEL

YANG DISEBUT DALAM AL QUR'AN .ISRAEL ATAU BANI ISRAEL,

KETURUNAN NABI YA'COB a.s MEREKA GOLONGAN BAIK2.

TIDAK MENDERAHAKA KEPADA ALLAH SWT, APABILA ANDA 

MENGUTUK MEREKA KATAKAN SAJA YAHUDI ZIONIS LAKNATULLAH

ZIONIS SATU IDEOLOGI UNTUK MENGUASAI DUNIA SEJAK 

DULU LAGI.



 

Ahad, 25 April 2021

IBADAH SEBAGAI TUJUAN UTAMA INSAN DI BUMI.




Jika dikaji secara terperinci, bahawa pengertian ibadah itu amat luas,  namun penulis  akan cuba merumuskan beberapa ketentuan dan pegertian yang berkait dengan ibadah tersebut. Perkataan ibadah diambil dari bahasa Arab, bahasa Al Qur'an asal katanya 'a b a d a artinya merendahkan diri, khidmat, patuh dan ta'at. Iaitu kerendahan diri terhadap satu-satunya yang berhak menerima pengabdian yang tinggi iaitu Allah s.w.t, dalam Al Qur'an ada dinyatakan. 

Isnin, 19 April 2021

MUNCULNYA AL QUR'AN DI ABAD YANG GELAP.



Menjelang turunnya Al Qur'an, situasi dunia termasuk dijazirah Arab berada dalam keadaan tidak menentu disemua  kehidupan. Walaupun benua Eropah sudah pun berdiri dengan megah, Empayar Romawi yang telah memperlihatkan  mercutanda kehebatan pada permulaan abad ke VI M itu. Kemajuan itu telah menjunam dirosakkan oleh unsur-unsur triniti ke atas ajaran ke Esaan Tuhan yang dibawa oleh Nabi Isa a.s. yang secara langsung mempengaruhi jiwa (akidah) penganut-penganut agama waktu itu, sedangkan golongan hamba abdi dilakukan seperti hewan, ditindas, diseksa sedemikian rupa, tanpa belas kasihan, kadang-kadang dicampak ke sungai untuk habuan buaya terhadap golongan yang lemah itu, ada juga yang diadu dengan binatang buas yang menjadi tontonan kaum bangsawan waktu itu sehingga badan-badan bergelimpangan koyak rabak.


Sabtu, 17 April 2021

BULAN RAMADHAN YANG AMAT ISTIMEWA DARI BULAN-BULAN LAIN.



Pra Wacana.

Keistimewaan pertama yang ketara pada  Ramadhan itu ialah pahala puasa disisi Allah SWT yang telah dijelas dalam satu Hadis yang bermaksud : 

     " Semua amal kebajikan anak Adam dilipatgandakan  kebaikan (pahalanya) dari 10 hingga 700 kali ganda. Allah berfirman kecuali ibadah puasa. Adapun ibadah puasa itu adalah untuk Ku dan Aku (langsung) memberikan pahala kepadanya."    

                                          (HR : Muslim dari Abi Hurairah)


Dr Abd. Halim Mahmud ulama Al Azhar memberi huraian dalam hal ini...ibadah puasa itu amat istimewa dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain, sebagai mana disebutkan oleh Allah puasa itu untuk Ku aku langsung memberikan pahala kepadanya. Maksudnya dapat disimpulkan bahawa ibadah puasa itu mempunyai sifatnya khusus berbanding dengan ibadah fardhu yang lain, kerana ibadah tersebut Allah saja yang dapat melihatnya terhadap perilaku manusia dalam menunaikan tanggungjawab tersebut sama ada seseorang berpuasa atau tidak. 

Keistimewaan bulan tersebut berbading dengan bulan-bulan lain iaitu pahala ibadah dan amal soleh yang dilakukan pada bulan tersebut berganda antara 10 dengan 700 ganjaran sementara pahala puasanya tidak diberikan batasannya oleh Allah SWT.


1. Bulan pengampunan. 

Rasulullah kerap kali menyebut dengan ucapan. "Selamat datang hai orang yang mensucikan" Para Sahabat bertanya siapakah orang yang mensucikan itu wahai Rasulullah? Jawab Rasulullah orang yang mensucikan itu ialah bulan Ramadhan. Dia mensucikan kita dari dosa dan maksiat. Pada bulan Ramadhan itu wujudnya sarana-sarana ibadah yang lain...soalat tarawih, tadarus Al Qur'an, bersedekah, i'tikaf dll dengan pahala yang berganda semuanya itu tidak dijumpai pada bulan-bulan yang lain sebagaimana diungkapkan oleh hadis diatas. Dalam pada itu bulan Ramadhan itu memberikan cabaran dan halangan untuk mendorong manusia tidak melakukan kemungkaran atau kejahatan selama +- 1 bulan. Manusia hanya berdepan dengan nafsu jahatnya yang masih bebas, sedangkan musuh luarannya iaitu syaitan-syaitan tentunya telah terbelenggu. 

Oleh itu pintu-pintu kejahatan ditutup rapat dari mengheret manusia kepada kerosakan. Maka jelaslah bahawa bulan Ramadhan bulan pengampunan dimana Allah berkenan menghapuskan dosa-dosa manusia dengan ibadah puasa itu. Rasulullah SAW dalam satu hadis menyatakan, bermaksud :


" Barang siapa yang berpuasa Ramadhan berdasarkan iman dan kesedarannya, maka           diampunkan dosa-dosanya yang terdahulu."                        

                                               (HR Ashabus Sunan).

2. Bulan turunnya petunjuk.

Bulan Ramadhan juga turunya Al Qur'an sebagaimana dijelaskan oleh Al Qur'an maksudnya:

" Bulan Ramadhan diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan garis pemisah (antara yang hak dengan yang bathil."
                                           (QS Al Baqarah : 185).


Akal manusia tidak cukup sempurna untuk memandu diri manusia didunia ini...maka jika dibiarkan bersendirian tanpa petunjuk laksana kompas bagi seorang nakhoda agar tidak hilang arah, maka fungsi Al Qur'an juga disebut bermacam-macam yang bersifat metapora (perbandingan kiasan) diantara kata-kata tersebut ialah An-nur (cahaya), Hudan (petunjuk),As Syifa' (ubat), sabil (jalan) dan lain-lain.

Dalam Al Qur'an surah Ibrahim ayat 1  ada disebut bahawa diturunkan Al Qur'an itu kepada Nabi SAW supaya mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya (nur) yang terang benderang ...A. Yusuf Ali menyimpulkan dalam tafsir The Holy Qur'an terjemahannya Islam sebagai satu agama yang bersifat universal memancarkan cahayanya dimana-mana.

Pada ayat yang lain dijelaskan maksudnya :

" Telah datang kepada kamu (Al Qur'an) sebagai pengajaran dari Tuhanmu ubat bagi (penyakit) jiwa dan rahmat untuk orang-orang yang beriman."
                                                   (QS Yunus : 57)

Maksud pengajaran dari Allah SWT itu ialah ;
  1. Membimbing manusia untuk mencari kebenaran.
  2. Ubat bagi penyakit hati dan jiwa yang selalu goyah.
  3. Membersihkan jiwa yang gelap (kotor).
  4. Petunjuk dalam segala bidang dan cabang ilmu pengetahuan.
  5. Kenikmatan hidup manusia yang merangkumi fizikal dan spiritual.

3. Malam Al Qadar (kemuliaan).

Malam Al Qadar iaitu yang selalu kita ingati apabila kita membaca surah Al Qadar (kemuliaan), yang terdapat pada ayat pertama dalam surah tersebut..pokok persoalannya ialah. 
  1. Al Qur'an mula diturunkan pada malam Lailatul Qadar. 
  2. Lailatul Qadar (malam kemuliaan) nilainya digandakan bagi mereka yang menunaikan ibadah dan amal soleh dilakukan pada malam tersebut... pahalanya 1,000 bulan. 
  3. Seribu bulan itu menyamai umur manusia didunia ini 83 tanuh 4 bulan ganjaran kepada mereka yang melakukan ibadah dan amal kebajikan pada malam tersebut..
  4. Subhanallah...Allah Maha Pemurah terhadap hamba-hambanya. Jika diukur dengan umur umat Islam hari ini,sangat jarang mencapai angka umur tersebut...berbahagialah bagi mereka yang kembali kepada Allah belum sampai usia 83 tahun tersebut dan telah menemukan malam Qadar (kemuliaan) itu satu kali atau lebih dengan tuaian pahalanya yang menggunung itu menemui Tuhannya dalam usia yang masih muda...

4. Bulan kemenagan.

Banyak sekali peristiwa besar yang berlaku dan kemenagan yang mena'jubkan pada bulan ini, terutama ruhul jihad ( daya juang) yang menempatkan kaum muslimin pasa zaman Rasulullah SAW pada masa lalu dan tertegak dan tersibarnya Islam keseluruh dunia hingga ke hari ini. Seperti yang diketahui peperangan yang amat membanggakan iaitu :


  1.  Yang disebut dalam Al Qur'an iaitu (QS At Taubah: 25) Peperangan Hunain yang      terjadi pada bulan Ramadhan dengan kemenagan yang gemilang.
  2. Peperangan Badar juga terjadi pada bulan Ramadhan dengan pasukan Islam yang sedikit dan alat persenjataan yang tidak lengkap dapat mengalahkan tentera Qurisy yang kekuatannya 3 kali lipat jumlahnya dengan tentera Islam.
Peristiwa ini telah dijelaskan dalam Al Qur'an (QS Ali Imran : 23) Allah telah menolong umat Islam dalam peperangan ini. Kerana keadaan umat Islam juga masih lemah dan telah mencapai kemengan yang gemilang.

Selain dari itu tercetus beberapa peristiwa tercipta sejarah kejayaan yang terus menerus diantaranya ialah :


  1. Peperangan Tabuk
  2. Mu'tah
  3. Perdamaian Hudaibiyah
  4. Kemenagan merebut Kota Makah kembali (Fathul Makkah)

Semuanya itu terjadi pada bulan Ramadhan yang memberikan kesan bahawa puasa itu bukan sekadar berlaparan, tetapi disana terselit semangat jihad yang kuat untuk melakar sejarah kemenangan yang gemilang yang membuat Islam tersibar luas keseluruh dunia...dan tidak benar sama sekali menganggap bulan Ramadhan itu bulan umat Islam berlaparan dan bulan beristirahat...walau pun kita tidak berhadapan dengan peperangan, tetapi kemenagan melawan nafsu makan selama 1 bulan itu jika berjaya mengahdapinya maka itu juga dianggap sebagai kemenagan dalam melawan nafsu makan.  

Selama 11 bulan tidak pernah henati-henti untuk memenuhi tuntutan perut kita, maka bulan Ramadhan itu sewajarnya istirahatkan jentera dalaman itu pada siang harinya...indah sekali...siangnya berpuasa dan malamnya boleh menikmati juadah yang diminati asalkan tidak berlebihan ...diselang seli dengan ibadah solat Qiamul Lail (solat tarawih dll) dengan ikhlas untuk memungut pahala seberapa yang termampu. 


Akhirnya.

  1. Bulan Ramadhan ...Allah melipatgandakan kebaikan dan kebajikan antara 10 dan 700 kaliganda pahala bagi mereka yang melakukan ibadah dan amal soleh pada bulan tersebut.
  2. Bulan Ramadhan...pahala puasanya yang  dihitung langsung oleh Allah SWT. 
  3. Bulan Ramadhan..bulan pembersihan dosa-dosa ...puasa yang dilakukan umat Islam dengan penuh keimanan dan ketaqwaan Allah SWT mengampuni terhadap dosa-dosa yang telah lalu.
  4. Bulan Ramadhan ...bulan motivasi dan diddikan untuk umat Islam melawan nafsu jahat yang bersumber dari anggotanya.
  5. Bulan Ramadhan datangnya hanya 1 kali dalam setahun marilah sama-sama kita menuai pahala dari Allah SWT dan lakukanlah dengan penuh ikhlas.


                                                         AMIN .



Khamis, 4 Mac 2021

 


MEMBELA PENJENAYAH ADALAH SATU KESILAPAN. BESAR

Khazanah Al qur'an.com


Dalam Al Qur'an disebut membela penjenah adalah satu kesalahan sebagaimana diungakap oleh Al Qur'an.

Allah Swt Berfirman :

وَلَا تُجَٰدِلۡ عَنِ ٱلَّذِينَ يَخۡتَانُونَ أَنفُسَهُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ خَوَّانًا أَثِيمٗا

“Dan janganlah kamu berdebat untuk (membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa.” (QS.An-Nisa’:107)

Apabila Allah Swt tidak menyukai orang-orang yang berkhianat dan bergelimang dosa, lalu bagaimana kita akan mencintai mereka?

Seorang mukmin adalah ia yang mencintai apa yang dicintai Allah dan membenci apa yang dibenci oleh Allah. Semua rasa cinta dan bencinya adalah karena Allah dan untuk Allah.

Dalam ayat yang lain Allah Swt berfirman dalam sebuah ayat :

هَٰٓأَنتُمۡ هَٰٓؤُلَآءِ جَٰدَلۡتُمۡ عَنۡهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا

“Itulah kamu! Kamu berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini.” (QS.An-Nisa’:109)

Di dunia ini banyak orang-orang yang memberikan perlindungan dan pembelaan pada para pengkhianat dan orang-orang durjana. Padahal semestinya mereka memiliki kekuatan dan pengaruh untuk menampilkan dan membuktikan pengkhianatan dan kedurjanaan mereka kepada umat.

Namun setelah berlalunya waktu, mereka nanti akan bertemu dengan Mahkamah Allah Swt.

إِن كَانَتۡ إِلَّا صَيۡحَةٗ وَٰحِدَةٗ فَإِذَا هُمۡ جَمِيعٞ لَّدَيۡنَا مُحۡضَرُونَ

“Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami (untuk dihisab).” (QS.Ya-Sin:53)

Mereka akan dihadapkan kepada Allah. Lihatlah para pengkhianat dan orang-orang durjana yang dulu memiliki pembela dan pelindung di dunia, siapa sekarang yang mampu membela mereka? Siapa yang mampu melindungi mereka? Siapa yang boleh melepaskan mereka dari hukuman Allah Swt ?

هَٰٓأَنتُمۡ هَٰٓؤُلَآءِ جَٰدَلۡتُمۡ عَنۡهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا فَمَن يُجَٰدِلُ ٱللَّهَ عَنۡهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَم مَّن يَكُونُ عَلَيۡهِمۡ وَكِيلٗا

“Itulah kamu! Kamu berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini, tetapi siapa yang akan menentang Allah untuk (membela) mereka pada hari Kiamat? Atau siapakah yang menjadi pelindung mereka (terhadap azab Allah)?” (QS.An-Nisa’:109)

Ia akan berdepan pula dengan mahkamah Tuhan...,setiap kesalahan pastikan benar2 mereka yang tidak melakukannya untuk diberikan pembelaan...Wallahu'alam...





Jumaat, 29 Januari 2021

 

AZ ZALZALAH (Kegoncangan)


Sahabat2 yang dirahmati Allah,


Firman Allah SWT :

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)



Maksudnya : "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, nescaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, nescaya dia akan melihat (balasan) nya pula".(Surah Az-Zalzalah ayat 7-8)
Asbabun Nuzul Surah Az-Zalzalah Ayat 7-8 :
Said bin Zubair r.a menerangkan , bahawa kedua ayat ini diturunkan berkenaan dengan kaum muslimin yang kala : Surah al-Insan (76) ayat 8, maksudnya : ( "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan") di turunkan, beranggapan , orang yang bersedekah sangat kecil tak akan mendapat pahala. Sementara yang lainnya beranggapan , dosa-dosa ringan yang mereka lakukan tak akan mendapat seksa." (Hadis Riwayat Ibnu Abi Hatim)
Huraiannya :
Dalam ayat-ayat ini Allah memperincikan balasan amal masing-masing. Maka barangsiapa beramal baik, walaupun amalnya itu seberat zarrah (atom) atau kerana terlalu kecil nescaya akan diterima balasannya, begitu pula yang beramal jahat walaupun seberat zarrah (atom) akan merasakan balasannya. Amal kebajikan orang-orang kafir tidak dapat menolongnya dan melepaskannya dari seksa kekafirannya. Mereka akan tetap sengsara selama-lamanya di dalam neraka.
Adapun keterangan ayat yang menyatakan bahawa pahala amal perbuatan mereka tidak berguna, maksudnya tidak dapat melepaskan mereka dari seksa kekafiran, walaupun ada keringanan dari seksa kejahatannya selain azab kekafiran. Sesungguhnya seksa kekafiran tidak akan dikurangi sedikitpun, sebagaimana firman Allah SWT:
ونضع الموازين القسط ليوم القيامة فلا تظلم نفس شيئا وإن كان مثقال حبة من خردل أتينا بها وكفى بنا حاسبين.

(Surah Anbiya' (21) ayat 47)

Maksudnya : "Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit, sekali pun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala).Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan." (Surah al-Anbiya' (21) ayat 47)
Dalam sebuah Hadis dinyatakan bahawa Hatim seorang yang paling pemurah dari orang musyrik Arab, diringankan azabnya kerana kedermawanannya. Begitu pula Abu Lahab diringankan sedikit azabnya kerana kegembiraannya dengan kelahiran Nabi SAW.
Sahabat yang dikasihi,
Marilah kita perbanyakkan amal-amal soleh, amal ibadah dan amal kebajikan, walau pun nampak kecil tetapi sebenarnya besar disisi Allah SWT. Kita tidak tahu yang mana satu amalan kita diterima dan diredhai oleh Allah SWT sehingga dosa-dosa kita di ampunkan oleh Allah SWT dan dimasukkan ke dalam syurga dengan rahmat-Nya. Kita juga perlu jauhkan diri daripada melakukan dosa-dosa besar dan kecil. Janganlah kita melakukan dosa-dosa kecil secara berterusan kerana setiap dosa yang kita lakukan akan terdapat satu titik hitam dalam hati kita. Jika titik hitam ini terlalu banyak maka hati kita akan terhijab untuk menerima taufik dan hidayah daripada Allah S.W.T. Kebenaran akan sukar masuk ke hati kita. Setiap perkara dosa walau pun kecil semuanya akan dihisab oleh Allah SWT, di akhirat nanti. Kita pun tidak mengetahui dosa yang mana satu yang akan menyebabkan kemurkaan Allah SWT tidak diberinya ampun sehingga Dia masukkan kita ke dalam neraka-Nya nauzubillahiminzalik.
Teruskan beristighfar dan bertaubat setiap hari kerana ini sajalah jalan yang akan menyelamatkan kita daripada penderitaan yang segsara di hari akhirat nanti. Berdoalah bertaubat semoga Allah SWT mengampunkan dosa-dosa kita samada yang besar atau pun yang kecil. Amin Yarabbalalamin.


Ibnu Ya'quby

Khamis, 28 Januari 2021


MANUSIA ITU BERSIFAT LEMAH


 khazanahalquran.com Di dalam Al-Qur’an banyak kita temukan penjelasan tentang proses penciptaan manusia. Dimulai dengan penciptaan Nabi Adam as dan penciptaan manusia-manusia setelahnya yang disebut diciptakan dari tanah kemudian dari “air yang hina”.

ثُمَّ جَعَلَ نَسۡلَهُۥ مِن سُلَٰلَةٖ مِّن مَّآءٖ مَّهِينٖ

“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani).” (QS.As-Sajdah:8)

Pada intinya Al-Qur’an selalu ingin menyadarkan manusia bahwa sebenarnya ia tak berdaya dan tak memiliki kekuatan apa-apa.

Tapi begitulah manusia, ia selalu lalai dan alpa. Merasa punya kekuatan sehingga ia congkak, merasa punya kelebihan sehingga ia sombong dan merasa punya kehebatan sehingga merendahkan yang lain.

Nah, dalam kondisi-kondisi tertentu manusia “dipaksa” sadar dan ingat bahwa ia tidak memiliki kekuatan apapun.

Disaat tertimpa musibah, kemudian harus berada di masa krisis yang amat sulit, manusia baru sadar bahwa sebenarny mereka tak berdaya.

Kondisi hari-hari ini memaksa kita untuk berkaca dan menyadari “Alangkah lemahnya diri kita ini”

Kita akan menyimak beberapa ayat yang mungkin sering kita dengar namun jarang kita renungkan kecuali dalam kondisi-kondisi sulit semacam ini.

Bahkan dihadapan sesuatu yang sangat kecil dan tidak nampak oleh mata, seakan mematikan seluruh aktifitas di dunia. Dimana kesombongan manusia? Dimana kekuatan mereka?

Allah swt berfirman :

وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ ضَعِيفٗا

“Dan manusia diciptakan (bersifat) lemah.” (QS.An-Nisa’:28)

Dari sini kita juga baru mengingat Firman Allah swt ;

۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ

“Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji.” (QS.Fathir:15)

Dan Allah swt juga berfirman :

وَٱللَّهُ ٱلۡغَنِيُّ وَأَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ

“Dan Allah-lah Yang Mahakaya dan kamulah yang membutuhkan (karunia-Nya).” (QS.Muhammad:38)

Makna Fuqoro’ dalam ayat ini bukan berarti membutuhkan harta saja, namun makna Fuqoro’ adalah bahwa di hadapan Allah manusia miskin dalam segala hal. Manusia bergantung total dalam segala sesuatu.

Manusia tak memiliki apa-apa maka jangan pernah jauh dari Dzat Yang Maha Kuat dan Maha Kaya. Jangan menunggu Allah swt menurunkan peringatan agar kita memahami betapa lemahnya manusia.

Renungkan selalu bahwa kita adalah makhluk yang tak berdaya, yang selalu diperintahkan untuk berucap :

لَا حَولَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّه

“Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah.”

Masa krisis ini adalah waktu yang paling tepat untuk kita belajar dan mengoreksi diri. Bila kejadian ini tidak memberi kita pelajaran, musibah apalagi yang harus diturunkan untuk memecahkan batu kesombongan yang menyelimuti hati kita?

Ya Allah kami lemah. Semua kekuatan hanya dari-Mu dan atas izin-Mu…

Tanpa-Mu kami lemah dan dengan-Mu kami kuat…

Bayi Musa selamat dan aman walau di lemparkan ke derasnya arus sungai, semua karena itu dalam pandangan Allah dan atas perintah Allah.

Sementara Fir’aun dengan semua kekuatan dan bala tentara tenggelam di laut yang sama karena meninggalkan Allah swt.

Selemah apapun bila bersama Allah menjadi kuat. Sekuat apapun tanpa Allah menjadi lemah.

Semoga bermanfaat.

Isnin, 25 Januari 2021

 PENYAKIT HATI.

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّه أَلَ وَهِيَ الْقَلْبُ
(hadis riwayat bukhari dan muslim)
Maksud: Ketahuilah bahawa dalam setiap jasad itu ada seketul daging yang apabila ia baik maka baiklah seluruh jasad dan apabila ia rosak, maka rosaklah seluruh jasad. Ketahuilah ia adalah qalbu.
(hadis riwayat bukhari dan muslim)
Hadis ini menunjukkan baiknya amalan seseorang bergantung kepada hatinya, begitu juga disebaliknya. Hati yang rosak itu bukan dalam bentuk lahiriah tapi batiniah yang abstrak tidak dapat dilihat dengan mata tapi hanya gejala-gejalanya sahaja. Amalan seseorang bergantung kepada hatinya yang sihat, rawatlah hati dengan cara berhubungan dengan Allah SWT, mentaati suruhannya dan meninggalkan larangannya.
Hati manusia itu dapat dikelasifikasi kepada 3 kategori
1) Hati bersih yang selalu berhubungan dengan Allah, seperti solat, puasa, bersedakah dan amalan soleh, menyayangi sesama Islam. Hatinya sentiasa terpelihara dari jatuh kepada perbuatan jahat, maksiat dan mungkar. Manusia yang jahat dianggap hatinya mati, hati yang mati itu getarannya ya'ni doanya tidak sampai kepada Allah SWT.
Hati yang mati itu tempat bersemayamnya syaitan-syaian dan segala kejahatan. Sebab itu hati yang berpenyakit itu bukan penyakit hati dalam pengertian ilmu kedokteran akan tetapi lebih kepada kejiwaan (abstrak) tidak dapat dilihat dan bayangkan.
2) Hati yang mati tiada kehidupan yang baik dalamnya, ia tidak mengenal Tuhannya tidak tahu untuk beribadah kepadaNya, hidup hanya mengikut keinginannya (hawa nafsu) dan kesenangannya yang menipunya dan bergelamang dengan kejahatan yang mengundang kemurkaan Allah SWT serta mengundang hasad dengki, tidak suka kepada hidup damai dan bahagia.
3) Hati yang sakit itu menyimpan ENERGI yang lebih kepada kehidupan semata yang mengarahkan kebinasaan kerana melupakan penciptanya.

Firman Allah SWT :
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ...
(Ali Imran:185)
"Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (menipu)"
Diantara Penyakit hati itu.

a- Sombong dan takbur itu penyakit hati yang sangat keras Firman Allah SWT:

"وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًا"

Artinya : "Dan janganlah engkau berjalan dibumi ini dengan sombong, kerana sesungguhnya engkau tidak sekali-kali akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung"
(Quran Surat Al-Isra Ayat 37)
b-Sifat riya' (menunjuk-nunjuk).

Fiman Allah SWT.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ
كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
(QS Al Bqarah :264)
C-Sifat Bakhil atau Kedekut.
Sifat bakhil atau kedekut ini berada diantara dua sifat iaitu bakhil dan mubazir, kedekut jangan, membazir pun jangan, tapi pilihlah sifat pemurah, kita tidak pernah dengar orang yang pemurah itu menjadi miskin melarat dan bagkrup.
Firman Allah SWT :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
(Surat Ar-Ra’d Ayat 28)

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Firman Allah SWT bermaksud :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka, bertambah (kuat) keimanannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal. .” (QS. Al-Anfal:2).
Penutup

Kesimpulannya, sudah menjadi satu tuntutan kepada setiap insan itu untuk sentiasa berdoa kepada Allah SWT serta memohon kepada-Nya agar dikurniakan segala kebaikan dan dijauhkan daripada segala bala bencana. Di samping itu juga, hati atau jantung ini merupakan salah satu organ yang penting di dalam badan manusia yang mana ia menjadi faktor utama baik atau rosaknya sesuatu jasad seseorang itu. Akhirnya, marilah sama-sama kita berdoa kepada Allah dengan doa yang diajar oleh Rasulullah SAW berdoa:
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ....

“Ya Allah, Zat yang membolak-balikkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!” (Hadith riwayat Muslim, No: 2654, at-Tirmizi, No: 3522, Ibn Majah, No: 199, Ahmad, No: 6281, 16972) di samping itu kita amat dituntut untuk selalu berbaik sangka kepada Allah SWT di dalam setiap doa kita. Amin.
Wallahua’lam.
Ibnu Ya'qubi

Jumaat, 22 Januari 2021


 UKURAN KEKAYAAN SESEORANG.  

Nabi Muhammad SAW bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya(ghina’) adalah hatiyang selalu merasa cukup”. (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051)

Rasulullah SAW menegaskan hakikat kekayaan bukan sebatas materi.“Ukuran kaya itu bukan seberapa banyak rumahnya, seberapa tinggi bangunannya, seberapa panjang kenderaannya yang diparkir di garasnya,” sebagaimana diungkapkan oleh hadis berikut: 

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ، ﻋَﻦِ اﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ: «ﻟَﻴْﺲَ اﻟﻐﻨﻰ ﻋَﻦْ ﻛَﺜْﺮَﺓِ اﻟﻌَﺮَﺽِ، ﻭَﻟَﻜِﻦَّ اﻟﻐِﻨَﻰ ﻏِﻨَﻰ اﻟﻨَّﻔْﺲِ»

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Hakikat kaya bukan dari banyaknya harta. Namun kekayaan hati." (HR Bukhari).

Apa yang dimaksud kaya hati? Yaitu ikhlas menerima pemberian dari Allah SWT setelah berusaha: 

ﻭاﺭﺽ ﺑِﻤَﺎ ﻗَﺴَﻢَ اﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻚَ ﺗَﻜُﻦْ ﺃَﻏْﻨَﻰ اﻟﻨَّﺎﺱِ

"Ridha Allah dengan pemberian Allah, maka kamu adalah hamba yang paling kaya." (HR Tirmidzi)

Sabda Nabi SAW yang berbunyi :

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ، ﻗَﺎﻝَ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: «اﻧْﻈُﺮُﻭا ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻦْ ﺃَﺳْﻔَﻞَ ﻣِﻨْﻜُﻢْ، ﻭَﻻَ ﺗَﻨْﻈُﺮُﻭا ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻦْ ﻫُﻮَ ﻓَﻮْﻗَﻜُﻢْ، ﻓَﻬُﻮَ ﺃﺟﺪﺭ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺗَﺰْﺩَﺭُﻭا ﻧِﻌْﻤَﺔَ اﻟﻠﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ»

Artinya:

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Lihatlah orang yang ada di bawah kalian. Dan janganlah melihat kepada orang yang di atas kalian. Hal itu lebih pantas untuk tidak meremehkan nikmat dari Allah kepada kalian." (HR Muslim)

 




.